21 Februari 2009

Infrastruktur Jabar Selatan Dibenahi

CIAMIS, Kompas, 20/02/09 - Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana mengembangkan infrastruktur di wilayah Jabar selatan sehingga wilayah ini memiliki infrastruktur yang memadai dan tidak lagi tertinggal dari daerah lain. Diharapkan dengan adanya infrastruktur yang memadai potensi ekonomi dapat dimanfaatkan.

"Intinya, pemerintah provinsi ingin ada peningkatkan kualitas infrastruktur di J abar Selatan untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lain," kata Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Dodi Cahyadi, di pelabuhan penyeberangan Majingklak, Kabupaten Ciamis, Jumat (20/2).

Infrastruktur yang mulai dibenahi ialah jalan lintas selatan, bandara Nusawiru, dan pelabuhan penyeberangan Majingklak. Pemerintah provinsi juga akan men jajaki pembukaan kembali jalur kereta api Banjar-Cijulang.

Dijelaskan Dodi, tahun ini di bandara Nusawiru akan dipasang rambu-rambu menggantikan yang ada sekarang yang kondisinya sudah rusak. Setelah itu perluasan a pron dan perpanjangan landasan dari sekarang hanya 1.400 meter menjadi setidaknya 2.000 meter. Dengan demikian, landasan bisa didarati pesawat sekelas Boeing 737.

"Untuk pengoprasiannya sendiri kami harus melihat perkembangan ekonomi. Harus direncanakan betul-betul pengembangannya," kata Dodi.

Adapun untuk j alan lintas selatan, tahun 2009 ini dialokasikan dana sebesar Rp 46 miliar untuk penyelesaian pembangunan jalan dan jembatan. Dana ini bersumber dari APBD J awa Barat sebesar Rp 26 miliar dan APBN sebesar Rp 20,5 miliar. Dana itu dialokasikan untuk pembangunan jembatan dan jalan di Cidaun, Kabupaten Cianjur , Cikaso, Kabupaten Garut, dan Cimerak, Kabupaten Ciamis.

Sementara itu, saat ini pelabuhan penyeberangan Majingklak sudah kurang berfungsi. Pasalnya, kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, setelah ada jembatan yang menghubungkan Kabupaten Ciamis dengan Cilacap m elalui Kecamatan Kalipucang masyarakat sudah jarang yang menggunakan jasa transportasi sungai.

Kepala Balai Pengelola Pelabuhan Laut dan ASDP Jawa Barat Maman Suryaman, mengungkapkan, saat ini masih ada 40 kapal compreng yang beroperasi ke Cilacap. Dalam sehari kapal itu maksimal dua kali meenyeberang ke Cilalcap.

Satu hal yang krusial di muara Citanduy ialah pendangkalan yang sangat parah karena daerah aliran sungai (DAS) yang kritis. Akibatnya, kapal penyeberangan ke Cilacap berbobot 30 GT yang pernah beroperasi, sejak tahun 2003-2004 berhenti beroperasi . Sedimentasi yang parah membuat kapal tidak bisa merapat di pelabuhan.

Berdasarkan studi terakhir Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy-Ciwulan tahun 1994, tingkat sedimentasi Citanduy mencapai lima juta meter kubik per tahun. Dari jumlah ini, 0,74 juta meter kubik di antaranya mengendap di Segara Anakan. Akibatnya, luas perairan di laguna ini terus berkurang hingga kini. Perairan laguna Segara Anakan pun saat ini tinggal sekitar 600 hektar, lebih kecil dibandingkan dengan kondisi tahun 1 994 yang mencapai 1.800 hektar.

Heryawan menyatakan, ke depan penghijauan di DAS Citanduy harus dipikirkan dan direncanakan dengan serius.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar